Tegal – Siapa yang tak mengenal beliau seniman bertubuh tambur dengan kulit sawo matang dan tak pernah lepas dengan kacamata hitam, bak musisi legenda Farid Harja (Karmila), berbagai karya nya juga meramaikan kancah seni budaya di Kota Tegal.
Riyanto Jayeng Jaladara, jebolan Uneversitas Panca Sakti Kota Tegal putra dari penyiar Radio pertama di Kota Tegal dengan berbahasa Tegal di era tahun 60 an yang kondang dengan sapaan akrab Bendot merupakan salah satu tokoh seniman yang mempertahankan Bahasa Tegal.
Dirinya sempat menitikkan air mata ketika menceritakan kisah sang ayah yang hanya hidup sebagai seorang seniman penyiar Radio di Kota Tegal, malang melintang bahkan sang ayah sempat menganggur ujarnya saat ditemui tim detakindonesia.com disalah satu Studio musik. (11/12)
Berbekal uang seadanya dirinya nekad mengikuti lomba sastra , bahkan Ia rela menunggu hingga acara selesai di pelataran parkir hingga malam hari, namun memang Tuhan maha adil hingga akhir pengumuman karya miliknya yang fenomenal berjudul “Lonte …” meraih juara, sehingga dirinya bisa membahagiakan sang bunda, uang hasil kemenangan lomba Ia serahkan sang bunda yang bekerja sebagai pejahit kala itu.
Terkait kondisi keberadaan seniman saat ini, Riyanto Jayeng Jaladara mengutarakan harapan selain pemerintah harus lebih memperhatikan para seniman, budayawan juga meminta para seniman seniman muda lebih pakewuh atau menghormati seniman seniman yang sudah memasuki usia tua,
sebab tanpa mereka sejarah dan budaya ini akan hilang kendali, paparnya.
Hal ini menurutnya budaya di Kabupaten / Kota Tegal dapat dipertahankan apabila para seniman menjalin terus silahturahim, kekompakan serta mewujudkan karya karya, sehingga peran pemerintah akan lebih mensupport dan akan memunculkan sinergitas kearah lebih baik. (red/CN)
634 total views, 2 views today