Slawi – Sejumlah pihak mengkhawatirkan peran tenaga manusia akan tergantikan oleh “artificial intelligence” atau kecerdasan buatan sehingga pengangguran tercipta dimana-mana. Namun di lain pihak menyatakan bahwa kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari, Kemajuan teknologi informasi di “era internet of things 3.0” telah mendisrupsi banyak sektor kehidupan.
Pernyataan tersebut mengemuka pada sesi dialog acara workshop di TrackingSpace Slawi hari Sabtu (7/3) kemarin. Dengan mengangkat tema “Success story working in Coworking Space” dengan menghadirkan narasumber Edi Kurniawan.
Edi (30) merupakan wirausahawan asal Kagok Slawi yang kini sukses menjalankan bisnisnya di bidang pengembangan teknologi informasi (TI) di Jakarta. Terhitung ada lima perusahaan TI yang ia jalankan baik sebagai komisaris maupun direkturnya. Pria lulusan STIMIK Jakarta yang juga jebolan SMK Islamiyah Adiwerna jurusan teknik mesin ini banyak memberikan motivasinya tentang berwirausaha kepada empat puluhan peserta yang hadir.
Menurutnya Ketertarikannya di bidang TI dimulai saat dirinya bekerja sebagai pekerja angkut barang pada sebuah perusahaan dan mengamati para pekerja TI-nya yang santai, datang ke kantor semaunya tapi bergaji tinggi. Dari sini ia kemudian termotivasi mengambil kuliah jurusan teknik informatika dengan biayanya sendiri dan lulus cumlaude.
Segudang pengalaman dan jejaring pertemanan pun Edi peroleh dari pengalamannya bekerja di sejumlah perusahaan besar sebagai manajer TI, termasuk saat mengikuti berbagai kompetisi TI di dalam maupun di luar negeri. Sebagai pengembang TI, Edi sendiri saat ini mengantongi sertifikat dari Google Developers Certification Team. Salah satu pengalaman Edi adalah ikut serta membidani lahirnya aplikasi Qlue-Jakarta Smart City.
Terkait konsep yang akan dikembangkan, Edi menuturkan, konsep tersebut tinggal dipilih, apakah itu membuat konsep baru ataukah mengembangkan konsep yang sudah ada. Jika ingin mengembangkan konsep yang sudah ada, kata Edi, maka harus dicari sisi uniknya dengan membuat sisi keunikan yang lain.
Ia menambahkan, komunitas start-up yang dimaksud tidak harus spesifik pada pengembangan TI, tapi bisa usaha mikro dan kecil yang memanfaatkan TI untuk branding dan pemasaran. Di hadapan peserta yang hampir semuanya millenials, sebagai pengantar, Edi pun mempraktikkan teknik coding untuk aplikasi mobile IOS dan Android secara live dan mengenalkan aplikasi Google Bussiness. (red/Hms Pemkabtegal)
820 total views, 2 views today